www.wikipedia.com

Wednesday, November 26, 2008

PSIKOLOGI LIRIK 3


Sarjana Muda

Cipt. Iwan Fals

Berjalan seorang pria muda dengan jaket lusuh dipundaknya

Disela bibir tampak mengering terselip sebatang rumput liar

Jelas menatap awan berarak

Wajah murung semakin terlihat

Dengan langkah gontai tak terarah

Keringat bercampur debu jalanan


Reff 1

Engkau sarjana muda resah mencari kerja mengandalkan ijazahmu

4 tahun lamanya bergelut dengan buku tuk’ jaminan masa depan

Langkah kakimu terhenti di depan halaman sebuah jawaban


Tercenung lesu engkau melangkah dari pintu kantor yang diharapkan

Terngiang kata tiada ada lowongan untuk kerja yang didambakan

Tak peduli berusaha lagi namun kata sama kau dapatkan

Jelas menatap awan berarak

Wajah murung semakin terlihat


Reff 2

Engkau sarjana muda resah tak dapat kerja

tak berguna ijazahmu

4 tahun lamanya bergelut dengan buku sia-sia semuanya


Setengah putus asa dia berucap: “maaf ibu.”


Hari ini, Sabtu 3 Mei 2008 kakak, saudara/I dan teman, pacar, tetangga kami dinobatkan menjadi Mahasiswa-mahasiswi Strata-1 dan Strata 2 di gedung Sport Center UIN Malang. Dengan nilai beragam, ekpresi bermacam-macam dan dari fakultas berbeda bersama-sama menatap masa depan, entah apa yang ada dalam benak mereka dan juga kami tidak tahu apakah nanti seluruh civitas akademika angkatan kami bisa juga mengecap hari dimana topi toga disematkan oleh bapak rektor Imam Suprayogo tercinta atau rektor selanjutnya.

‘Ngobrol’ hari-hari penting bin spesial di bulan Mei, layaknya seperti melewati bara panas sejarah panjang bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, diawali dari tanggal 2 Mei-nya Ki Hajar Dewantara bapak Hari Pendidikan Nasional dan fakta bersaksi bagaimana kualitas pendidikan Indonesia keseluruhan dari masa ke masa lebih didominasi kebijakan politik yang ‘semelekete’ minim keberpihakan pada kulaitas SDM anak bangsa. 2 Mei 1998 platform ‘Reformasi’ total gencar di suarakan putra-putri bangsa seantero Indonesia. 12 Mei 1998 Kerusuhan Mei anti Orde Baru disamping 9 Harga pokok tak terjangkau rakyat kecil yang berakhir Chaos dimana-mana. 10 tahun lalu atau 13 Mei 98 Tragedi penembakan Mahasiswa Trisakti dan dirangkai dengan peristiwa Semanggi I dan II. 14 Mei 98’ Almarhum Presiden Soeharto lengser ke prabon alias mengundurkan diri dari tampuk kekuasaan setelah 32 tahun berkuasa bada’ didesak mundur jutaan rakyatnya dan anehnya diserahkan kepada produk orde baru juga, sang jenius Indonesia, BJ. Habiebie. Dan 20 Mei 1908–2008 atau 100 tahun lalu Kebangkitan Nasional di deklarasikan oleh 3 serangkai.

Bidikan kami hari ini adalah sang “Sarjana Muda”, agent of change & agent of control. Mengapa? 2 minggu lalu kami mendapat mata kuliah konstruksi tes, dosennya membahas ada 3 macam tipe Mahasiswa-i, pertama, Mahasiswa/i yang benar-benar menikmati dan menguasai matakuliah terlepas dari nilai yang keluar nanti A/B/C/D hingga menjadi Master atas bidang yang digelutinya. Kedua, Mahasiswa/i yang mengikuti mata kuliah agar segera lulus dengan ukuran nilai yang didapat dari dosen, dengan cara beragam. Ketiga, Mahasiswa/i yang penting kuliah alias menggugurkan kewajiban belajar sepanjang hayat.

Jujur, hari ini kami pun takut, bingung, cemas tak berdaya mau jadi nanti kami sesudah diwisuda nanti berbekal ijazah ditangan kanan dan toga di atas kepala berhiasakan baju kebesaran. Melihat bagaimana tingkah laku kami yang sembrono, slengekan, gendakan, awut-awutan, sekarepedewe dengan tugas yang begitu menggunung di depan mata untuk “FORMAT MASA DEPAN” Indonesia secara makro dan menyeluruh, menyentuh segala lapisan masyarakat.

Malu, pada diri, orangtua, kerabat, sahabat apalagi kepada Dzat Yang Maha Bijaksana Alloh SWT dengan label tertinggi yang telah diberikan untuk ‘para pendulang ilmu’. Terlepas ini khayalan tingkat tinggi ataupun kerja dimana saya nanti, gajinya berapa, fasilitasnya apa, wiraswasta atau karyawan berdasi di belakang meja, terserah!.

Tulisan ini hanya mencoba mengajak kita semua untuk re-fikir tentang apa sebenarnya yang kita cari dan tuju di bangku kuliah ini, selebihnya bisa anda lanjutkan kembali di fase berikutnya hingga Izroil as menjemput satu detik dari sekarang.

Mengaitkan sebuah teks lagu dengan kenyataan di lapangan kehidupan tidaklah mudah. Tetapi itulah yang dilakukan oleh Iwan Fals, individu yang mampu menghipnotis jutaan OI (orangnya Iwan) untuk setia mendendangkan sekaligus mematri bait-bait Iwan Fals didada, untuk kemudian berusaha mengaplikasikannya di ranah kehidupan langsung.

Bukan untuk menyindir siapapun, atau menyudutkan individu, kelompok bahkan pemerintah dan birokrasi manapun. Sarjana muda detik ini langsung/tidak telah menjadi masalah akut bagi pemerintah khususnya, setiap setengah tahun sekali antara bulan maret-mei dan September-oktober jutaan Mahasiswa/i diwisuda oleh lembaga pendidikan formal atau non formalnya masing-masing dengan tujuan untuk mencerahkan arah kehidupan Indonesia. Namun yang terjadi luar biasa terbalik, pengangguran, kejahatan, korupsi, dsb semakin merajalela di Buser, Sergap, Borgol ataupun diparodikan ala Tangkap di ANTV setiap hari, bahkan seringkali di depan mata kita sendiri jebolan lembaga pendidikan bonafide melahirkan koruptor kelas kakap/paus.

Mengapa semua itu terjadi? lemahnya mentalkah, salah niat, miskin motivasi, tak ada lapangan pekerjaan, jauh dari agama atau tanpa ideologi pasti, fakir kreatifitas. Tak tahulah, yang jelas Iwan Fals menciptakan lagu ini, jauh sebelum acara wisuda ini dilaksanakan. Jadi marilah kita berdoa dan berusaha agar Alloh SWT selalu memberikan detik demi detik hujan rohman-rohim-Nya pada kita wisudawan-wisudawati dan calon wisudawan-wisudawati di masa mendatang Indonesia & Pelestina serta Dunia. Wa’allahu A’lam Bisshowab

3 Mei 2008

Djibril Ahmad

No comments: