www.wikipedia.com

Friday, May 7, 2010

MENULISLAH DENGAN CINTA



Kegiatan menulis menurut kebanyakan orang sangatlah sulit, hal ini dibuktikan dengan berbagai survei bahwa dari tingkat yang paling bawah sampai perguruan tinggi pun, tidak semua pendidik senang atau merasa butuh untuk menulis, apalagi siswa atau mahasiswanya. ini terjadi karena ada streotip bahwa menulis adalah bakat, yang tidak setiap orang memiliki bakat tersebut. Jika menulis adalah bakat, maka tidak semua orang ditakdirkan untuk menjadi penulis, atau bisa menulis. atau ada anggapan, menulis itu sulit dan lain-lain. Tapi di sini saya tidak akan membahas menulis merupakan bakat atau bukan, tetapi bagaimana seseorang terangsang untuk menulis, dan bagaimana ia menulis dengan penuh cinta (senang hati), bukan karena terpaksa, atau dipaksa, atau bukan karena beban, atau diberi beban, bukan juga karena ketergantungan atau digantung (he..mati).

Menulis, tidak jauh berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang lain, seperti membaca, mendengarkan, berbicara, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya, kalau menulisnya petani adalah mencangkul, menggiring hewan, menanam pepohonan, dll sedangkan bagi buruh menulis seperti memikul barang, melipat, merapikan, dll, bagi ibu rumah tangga menulisnya adalah memasak, menjaga anak, mencuci, kemudian menjemur pakaian, kalau bagi bapak-bapak berdagang dll, masih banyak aktifitas yang sebenarny bisa dikategorikan menulis, meskipun dalam aspek lain. Kalau mereka bekerja dengan penuh senang hati, maka demikian juga dengan menulis, kalau petani tadi bisa mencangkul setiap hari, mengapa menulis tidak .

Apabila menulis sudah menjadi sebuah kebiasaan tidak akan pernah menjadi beban, bahkan ketika ia tidak bisa meluangkan waktunya untuk menulis seseorang bisa sakit, stress, dan merasa tidak ada cinta yang menggelora dalam dirinya. Kegiatan menulis bisa dilakukan oleh siapa saja tidak memandang akademisi, politikus, petani, buruh dll, asalkan ada KEMAUAN, ada pepatah lama ADA KEMAUAN PASTI ADA JALAN.

Tapi pertanyaannya, bagaimana merangsang untuk bisa menulis, jawabannya juga tidak terlalu sulit, selagi kita tahu manfaat menulis dan tujuan menulis, kalau tujuannya saja tidak tahu bagaimana kita mau menulis. Kemudian, ada pertanyaan lanjutan,setelah tahu manfaat dan tujuan menulis, tapi ide-ide yang dikeluarkannya tidak ada, maka cobalah dalam banyak kesempatan untuk merangsang ide-ide muncul dengan menuliskan sesuatu. Gerakkan tangan Anda, rangsanglah pikiran anda untuk memunculkan ide-ide cemerlang, dan percepatlah menulis. Meminjam bahasa Mark Levy semakin cepat menulis maka semakin banyak ide yang akan dituliskan, semakin cepat menulis semakin terangsang ide untuk muncul. Dan seperti pernyataannya “seringkali saya ingin menulis, tapi apa yang akan saya tulis saya tidak tahu, tapi setelah saya ambil kertas dan pena muncullah ide-ide itu, bahkan sesuatu yang belum pernah saya pikirkan seketika itu berdesakan muncul.” Sebenarnya untuk memunculkan ide tidaklah terlalu sulit, asalkan kita mau membaca teks atau alam.

Kalau kegiatan menulis sudah kita mulai, maka selanjutnya bagaimana menulis dengan penuh cinta, hal ini tidak mudah memerlukan proses yang panjang, karena apa pun yang tidak dimulai dan diakiri dengan cinta akan hampa, dan apa pun yang dilakukan tidak dengan perasaan cinta, maka serasa hati dibelah menjadi dua (tidak ada kesatuan diri, antara kenikmatan dan kebencian menjadi satu), di sini ada beberapa tipe, agar menulis menjadi senang, dan dipenuhi dengan perasaan cinta :

1. Tahu tujuan menulis
2. Tahu apa yang akan ditulis
3. Tahu mamfaat menulis (bisa menjadi cerdas : http://www.ppmi-riyadh.org/index.php?option=com_content&view=article&id=88:menjadi-cerdas-dengan-menulis&catid=40:self-development&Itemid=80)
4. Melepaskan belenggu ketika menulis
5. Jangan berfikir harus sempurna dalam menulis
6. Tidak harus menulis di depan laptop atau apa pun, menulislah ketika tangan dan hati sudah gatal
7. Jangan berhenti jika ide masih membeludak, dan jangan diedit, biarkan sampai ide-ide itu berhenti dengan sendirinya, kemudian edit, tapi ketika proses mengedit ide itu muncul kembali, biarkan ia mengalir dan mengalir..sampai menuju bahtera.
8. Jangan memikirkan judul, tapi ingatlah item apa yang saya akan tulis. Tidak harus memulasi dari, awal pragraf, bisa dari tengah, samping dan lainnya…sesukanya.
9. Jangan pernah berfikir, tulisannya harus dibaca orang.
Dan masih banyak tipe-tipe yang lain, bagaimana seseorang menulis dengan penuh perasaan cinta, sehingga di mana pun ia berada penuh dengan keceriaan, karena ia sebentar lagi akan menulis, menulis cinta dan kecintaan yang kemudian akan memunculkan kerinduan yang mendalam, pada akhirnya, menulis tidak pernah aka nada puasnya….silahkan menulis dengan Cinta.

Malang, 12 April 2010

Oleh: Halimi Putra Bpk.Zuhdy

PENULIS NARSIS


Berbagai media sering menyuguhkan opini, artikel, esai, puisi, cerpen dan lainnya, dan berbagai karakter penulis juga bermunculan, ada yang agamis, sekuler, liberal, fundamen, ecek-ecek, dan tak berpendirian. Ya itulah dunia, selalu menyuguhkan berbagai hal, dan memang tidak harus sama, karena air dari belahan bumi yang mengalir juga tidak sama tetapi tujuannya juga samudera, toh kalau sudah berada di samudera air apa pun berubah menjadi air tawar, demikian juga gelombang yang ada di lautan untuk menuju pantai saling saut meyaut, tidak hanya satu arah, maka dari berbagai karakter itu akan memunculkan gelombang dahsyat, biasa, dan malah tiada gelombang.
Penulis dari berbagai karekternya, seperti yang saya sebutkan, ada juga penulis yang saya anggap berani tapi juga kelewatan adalah para penulis narsis (itu pendapat saya lo), siapakah penulis narsis itu, mereka yang lebih mementingkan pemikirannya, pribadinya, kemauan hatinya dari pada melihat pendapat orang lain, bahkan moh (benar-benar tidak mau) akan pendapat orang lain, ia selalu mempertahankan pendapanya meskipun pendapatnya keliru, ia juga tidak mau dikoreksi oleh teman sejawat atau siapa pun yang ingin mengoreksinya, ia menganggap tulisannya adalah kebenaran yang harus diamini oleh orang lain, bukan ia mengamini pendapat orang lain, dan juga penulis narsis juga punya karekter selalu memunculkan kediriannya, dirinya yang sempurna, dirinya yang paling utama dan dirinya lah yang hanya mampu menulis ide tersebut. Penulis narsis, juga tidak pernah mau berempati dengan orang lain, meskipun tulisannya sering membuat orang lain marah, kacau balau, dan tidak pernah mementingkan lingkungan social atau tidak mau tahu apa yang akan terjadi, ia tidak mau tahu, yang penting ia menulis, menulis dan menulis, meskipun tulisannya kadang tidak ada manfaatnya.
Selain cirri diatas, penulis narsi memiliki cirri yang lain yaitu Perfersionis dan harus selalu menjadi pusat perhatian, terkadang menciptakan situasi yang memungkinkan dirinya menjadi pusat perhatian, dengan tulisannya ia selalu menciptakan keagungan diri, kesombongan diri, dan bagaimana orang lain mengakui kehebatan dirinya.
Penulis narsis seperti inilah yang membahayakan kelangsungan kehidupan yang harmonis, karena tidak memahami bahwa dunia ini terdiri dari berbagai komponen, dan semua ciptakan berkomponen, tidak hanya berdiri tegak dengan kediriannya, sedangkan penulis narsis tidak memahami komponen itu, maka yang terjadi adalah pengagungan diri, kalau pengagungan itu sudah melekat pada dirinya maka akan terjadi ketidak pedulian pada yang lain, jika tidak ada kepedulian, maka ha ini akan menyebabkan kerusakan yang sangat serius.
Media, tidak pernah salah dalam menyuguhkan berita, opini, artikel, dll, tapi yang salah adalah sejauh mana pemahaman kita pada media itu, dan bagaimana pula kita mampu menginterpretasikan apa yang ditulis oleh media, tapi media juga harus tahu diri apa berita apa dan tulisan apa yang pantas dikonsumsi oleh halayak dan dimana berita mana yang harus dikonsumsi oleh pribadipribadi tertentu, lah..ini yang sudah mulai hilang di Indonesia, anak kecil sudah terbiasa mengkonsumsi berita sek dll sehingga tidak sedikit anak yang baru bau kencur sudah pinter berbicara sek dan melakukan skandal sek dengan. Dan parahnya lagi jika media tidak mensaring siapa penulis yang narsis dan penulis yang anarsis.
Bagaimana menurut anda?

Oleh: Halimi Zuhdy