www.wikipedia.com

Wednesday, November 26, 2008

GHAZAL-GHAZAL 2


MY SIDOWAYAH I

Seperti bulan diatas kuburan

Sepi…sepi…dan…sepi

Namun berjuta makna hai Sidowayahku!

Tak lagi ku dengar cericit bajing-bajing cantik di Dawe

Kicauan burung-burung langka di tepi sungai Manding

Kambing-kambing yang di hela riang pemuda dusun

Atau tangis kecil Jendral Wito yang dirindudendami Pak Gendut


My Sidowayah…

Terlalu banyak tinta yang nanti kau keluarkan jika semua kutuliskan tentangmu

Ku yakin dan pasti, Mbok katirah, Mbok Sikem akan mencarimu…mencariku

Saat kau lupa sarapan, sahur ataupun berbuka


My Sidowayah…

Tatkala kuinjakkan kaki pertamakali di bumimu…depan SDN 3 Krebet

Hatiku bergetar dan bertanya-tanya, betulkah dusun ini yang hilang dari peradaban, atau memang sengaja dihilangkan karena banyak yang ‘mendo’?

Bismillah…kulangkahkan tapak kanan kemudian kiriku untuk susuri jalan berliku dan berdebu itu


Kupandangi seksama kantor balai Desa Sidoharjo yang masih baru tapi lama itu, berdiri gagah disudut belokan

Tak selang berapa lama kemudian, lewatlah seorang pengendara motor, tak lain dan tak bukan…sang kepala dusun Sulyono yang tergesa-gesa entah kemana

Kaki ini terus berjalan sampai ditikungan yang dikanannya berdiri sebuah posyandu dengan papan nama yang bertuliskan Ny. Vivin

Kuberhenti sejenak untuk menikmati seteguk air Sidoharjo perdana sekedarnya, dari dia yang berkedalaman 27 meter, alhamdulillah…

Ngalam, 12 September 2008

11.00 WIB


MY SIDOWAYAH II

Dusun ini lahir dari legenda nyata pohon Sidowayah

Hijau daun-daunmu

Subur bumi pertiwimu

Membentang luas nan lebar dibawah lutut Sang Rajegwesi


Sidowayahku…

Mengapa engkau diam, jika engkau memiliki intan-intan budaya?

Mengapa engkau membisu tatkala kompangmu tertinggal di pojok rumah?

Mengapa engkau ragu saat reogmu yang sangar dapat dipentaskan?

Atau engkau memang pemalu karena penat naik-tutun Wono pun Baon


Sidowayahku…

Bangunlah! Senyampang hutanmu masih tegak berdiri, ijo royo-royo

Insyaalloh, tiwulmu kan bercampur susu-keju-madu yang tiada duanya di supermarket manapun engkau lihat


Sidowayahku…

Ojo cegeh, ngolah jiwamu, ragamu, pikirmu untuk Indonesia

Tekadkan niatmu bangun Sabilul Muttaqin, Ar-Ridho sebagai garda depanmu


Sidowayahku…

Air adalah emas murni yang engkau cari.., tapi jangan engkau babat hutanmu!!!

Demi otak kotormu jangan rusak mentalmu dengan tet-tettan yang menyesatkan…amin


Ngalam, 4 Oktober 2008

MY SIDOWAYAH III

Diatas empat roda besi kuning yang melaju ringan

Bergemuruh jantung kami, seakan-akan tak percaya segera menginjakkan kaki di bumi manusia Sidowayah kembali

Kuhujamkan dua penyangga tubuh ini tepat dipertigaan monumental itu

Ternyata tugu biru itu masih berdiri kokoh

Bukit-bukit itu telah menghijau tanpa tongkat ajaib

Sungai Dawe lebih deras dari dua bulan lalu

Semuanya menjadi klorofil-klorofil sejati

Kuabadikan 2 Laskar Sidowayah didepan simbol bersejarah itu

Senyum surgawi masih menempel pada jiwa putih mereka…hmmm


Jengkal demi jengkal ban mobil melintasi dimensi ruang setombak dari kami

Kunyalakan handycam ditangan yang tak mau berkompromi dengan lukisan waktu yang entah kapan bisa terulang kembali…

Alhamdulillah kamera menyala….dari pintu len…kuarahkan kebukit yang terbakar dari kejauhan…para petani yang mencangkuli baonnya untuk tanam jagung…pada sosok pemuda yang kukenal di sumber Dawe


Didepan Ar-Ridho puluhan mata malaikat kecil menatap kami penuh rindu dan dendam

Kasidah surga sepontan alunkan lagu ‘Seroja’

Tampak Sutris, Wito, Si lesung pipi kecil yang ku lupa namanya, Pak Jarno, berdiri dihadapanku

Tak mampu kuucapkan ledakkan kata-kata dihatiku selain ‘assalamualaikum’

Bersama mendung putih yang bergelanyut

Bersama air kecil yang beranak pinak

Bersamaan dengan munculnya pak Tukul, sang pejuang sederhana yang legam kulitnya namun putih jiwanya

Tak kunjung jua kumuntahkan montir huruf-huruf latin kerinduan padanya

Hanya daging jasad yang mampu mewakili ‘beronto’ kita


Akhirnya awanpun tak mampu membendung berondongan cinta air pada tanah yang kami pijak

Berlari-lari kami menuju Manding untuk sekedar berteduh, sekedar bertemu dengan wajah-wajah yang kami cintai…untuk bertemu dengan perempuan-perempuan itu…ya itu… mbok Sikem dan mbok Katirah

16 NOV 08



UNFORGIVEN

Maafkanku wahai sahabatku!

Ba’da Tarawih itu

Ba’da Megengan itu

Ba’da suara motormu

Ba’da penaklukan Rajegwesimu

Kau tinggalkan fananya fana


Masih tersimpan file-filemu di lemari jiwaku

Masih tertinggal buku Pramoedyamu

Masih terlukis raut gilamu

Masih terpotong teka-teki tet-tettanmu

Masih kangen pohon kluwih itu

Hebat! kau sembunyikan syariatmu untuk akhiratmu


Kurindukan jamaah satu menitmu

Kurindukan argument filsafatmu

Kurindukan wudhu’ jama’mu


Kenapa kau buatku malu atas ibadah pamrihku?

Kenapa kau buatku makar pada guyonan santrimu?

Kenapa kau hanya diam saat dipembaringan itu?


Tubuhmu telah terbujur kaku tatkala dzikir dihembuskan

Rohmu entah kemana ketika ambulan dijalankan

Dari Ponorogo-Kalibaru berpuluh-puluh kali namamu disebutkan

Namun kau hanya bisa menutup mata, mensendekapkan astamu, menselonjorkan capahmu, diam semilyar bahasa, tak manusiakan kami


Tolong bahasakan wasiatmu….Raden Achmad Maulana Isbat Nurrudin Bakir!

Jangan biarkan kami berjumpa Culdesac!


Jejak tertinggal Sidowayah-Ponorogo, dia yang telah mendahului kami 2 Oktober 08 dari 17 November 2008

J. Abdillah

BESET [BENDERA ½ TIANG]


Ya benar, 61 tahun lalu bulan November

Tanggal 10 di Surabaya

Merah-putih bercerita pada jiwanya

Langkah-langkah tegap merapat satukan tekad

Gempitakan Allohu akbar…3x Merdeka! Komando bung Tomo

Ganyang Malaby, bajingan kompeni dari bumi pertiwi

Bersama arek-arek Suroboyo, Laskar Hizbulloh-Sabilillah menjadi saksi

Barakan semangat gejolakan gumpalan darah sampai ke ubun-ubun muncrat memecah otak,

lalu mereka berteriak:”ayo maju rek, tank iku lho goder”


Lalu…

“kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku Wahai jiwa-jiwa yang tenang”!


13 November 2006

[08.30 WIB, my class]

Djibril Ahmad


Tadarus…?

Halaman demi halaman surat ini kubuka

Kurobek, kumakan, kuminum maknanya

namun tetap saja bertabur juta artinya

Kembali ku bolak-balik mushaf suci ini, tapi apa yang kemudian terjadi?

Dentuman dahsyat peringatkanku

Agar lebih tawadhu singkap tabir dibaliknya

Adalah suatu kebodohan, kesia-siaan, dan kerugian besar

jika makhluk yang bernama manusia dustakannya

sajak yang terindah, puisi paling bagus

bahkan ritme mozaik terharmonis yang pernah ada


Difirmankan oleh ada yang tak berawal dan tak berakhir

Diwahyukan pada makhluk sempurna tanpa tanding

telah dipersembahkan pada segala yang bernafas dan bertasbih 14 abad yang silam

Untuk hari ini, dulu dan nanti…

Pusaka teragung titipan lazuardi pada bumi

Terdepan…tak lapuk dimakan zaman


Underground GB1 [18 Romadhon 1417 H]

07.15 WIB

JUVE Will Come Back!


La Vechia Signora I do love you

With The Black-white I Bianconerri never lose

Eventhough Calciopoli kill you in the Hell

Your spirit always stay in my life


Forza Juventini, Adios Marcelo Lippi!

Thanks all of you….

(Bettega, Platini, Baggio, Del Piero, Nedved, Trezeguet, Camoranesi, Pessoto and …because of U)


LA VIOLA

Memang tajam pisau masa penggal usia hamba dari mata-Nya

Zaman akan punah, Mojang! Qosmos semakin tua saja sabda manuskrip-manuskrip ungu

Kebajikan bagai berlian yang terbuat dari jantung Surga

Tak pernah tergapai hanyalah impian para darwis timur dan barat

Indahnya rembulan seperti relief pemalu tanpa tersentuh

Dan hanya satu pelangi mozart itu, hari itu:” ungu yang terungu bukan biru”

Mekar dengan seluas sayapnya yang tengadahkan gerimis do’a haru-rindu

05 Nov 06 [bangsal 509]

Porong, The Lost City 06

Diri menunggu Surya keemasan di bunga lumpur

Mata itu berkaca-kaca pandangi tanah airnya bersimbah peluh bumi dikubur masehi

Bagai neraka di penghujng timur pulau Jawa

Deras kesediahan naungi wajah-wajah tak berdosa

Seperti awan mendung tak berbentuk

Istana yang kita bangun bagai sebuah legenda kota yang hilang

Himpun berjuta canda-tawa dan cerita aneh kematian

Terusir tak terhormat di bumu sendiri

Tersapu begitu saja atas izin-Nya

Melalui asta-asata kotor yang rakus

Tanpa rasa malu jual mesin kekuasaannya,

Cuci tangan lempar batu sembunyi tangan

Seiring cakrawala yang bertahtakan cahaya surga

Kami pasti bangkit dari kubangan ini dengan setegar-tegarnya

Tanpa harus tunggu uluran tangan-tangan mesra malaikat pembawa berita gembira


01 Januari 2007 [Dinihari]

Sebentuk Cinta Ramadhan

Untuk bundaku…

Tebarkanlah Cintamu padaku selamanya

Untuk kakakku…

Tersenyumlah dengan senyum paling indah yang kau punya

Untuk bibiku…

Persembahkanlah nuansa rindu pada kami sekali saja

Untruk semua saudara/I ku

Kado spesial ramadhan adalah keluarga ini…ya…keluarga ini


Betapa rindunya kami pada-Mu ya Ramadhan

Terlukis nyata dijiwa sahur-buka bersama

Dibalik jeruji dunia bukan neraka

Demi sebuah penyucian jiwa bukan azab selamanya

Bayangkanlah metafora roda, berputar memang ada waktunya

Andaikata Cinta dapat diperjualbelikan,

kan ku berikan tanpa syarat dari Tuhan


in memorium at LAPAS WANITA KELAS 2 MALANG

[ba’da Dzuhur]


Gerbang itu…


Gerbang kematian tegak lurus dihadapanku memanggil-manggil tanpa henti

Bulan diatas kuburan sepi

Sepi menerobos batas imaji

Jangan kau amat yakin sangat amal baikmu yang jadikan kau berdansa diSurga,

atau

kebejatanmu tiket mulus berkunjung ke Neraka

Alhasil tulisan sakti itu ada sebelum inti kosmos tercipta

Kembalilah padaNya sebelum gerbang-gerbang indah itu terkunci


At March 06…Djember

Natura Artis Magistra

Dan dia tidak pernah malu atas bencana di jagad ini

Membakar, menebang, meracuni para sarwa yang begitu cantik tanpa jelas maksudnya

Air sepertinya enggan kembali bersahabat dengan manusia

Udara bagai racun mesra untuk sang khalifah rupanya

Tanah begitu rapuh untuk dipijak kembali

Ombak selalu hempaskan bahtera-bahtera itu

Dan gunung-gunung muntahkan laharnya

tanpa pernah menyesal lagi

Bukit-bukitpun lelah sangga tubuh para kafir pembalak liar

Akhirnya pagebluk, musibah, hukuman, peringatan, cobaan engkau panggil maksudmu…!!!

Bait-bait puitis tak akan pantas ceritakan hal ini semestinya

Bumi adalah mata batin semesta, telinga kecil Pencipta, mulut segala makhluk, penciuman, tangan dan kaki tersembunyi Langit, yang tak pantas kau sakiti

Mana cintamu wahai insan?

Tapi sepertinya kisah ini akan sangat puanjang akhirnya atau mungkin tak ada kata akhir, selain KIAMAT sesungguhnya

Karena alam adalah guru seni terbaik


Dj. ahmad _Maret-April 07_


PEREMPUANKU

Sebenarnya hari ini aku sangat lelah

Lelah, dalam arti yang sebenar-benarnya

Merintih pada alam, dia tetap diam

Berlari pada malaikat, mereka sibuk mencatat

Tapi kuyakin pada kelopak mata air bumi yang lahir hari ini

Diakan mampu terbang dengan sayap-sayap emasnya

Lukis nyata mimpi-mimpinya

Pada kanvas-kanvas langit

Pada kisah-kisah Lauhul mahfud

Angsa putih yang sentuh keibuan pi2t kecil

Kolibri mungil dengan karya besar

Karena kau bukan lilin yang meleleh

Terbakar tanpa bekas berarti

Terombang-ambing pada simbol kehidupan

Terangi masa sekejap mata

Jadilah rembulan diufuk Cinta, Mahadewi!

Untuk Perempuanku….

Coban Rondo, 15 September 2006 [23.30 WIB]

by dJAh


JIWA

Memang! jiwa lahir tanpa wajah

Cermin manusia yang tak terbantahkan

Si misterius yang pandai bersilat lidah

Akting anyir- busuk sering kau mainkan

Noktah tabularasa tiap detik kau bubuhkan

Takkan terhapus tanpa penyesalan

Ya, peran itu memang pilihanmu

Bagi mereka-mereka yang tergerak jiwanya


PROKLAMASI

Soleram, titikan bening tangis kebahagiaan, aoha yahe

Pare, 17an-2006


MANUSIA BIRU


Kepada manusia-manusia biru yang ngangkang diatas gubuk2 dunia

Cengengesan, cengar-cengir, lupa pada periode pembalasan

Sudahlah! memang itu pilihannya

Pulosari[Pare], 21 Agustus 2006

Prasasti Hati


Merona merah bibirmu, hai professor!

Ku tak tahu, apa yang kau ocehkan?

Namun ku yakin akan sumpahmu dulu…

Ribuan nafas dihela menanti sebuah jawaban

Makna kepastian llmu dan dunia kamuflasemu


Sebuah pengharapan dari manusia yang bernama “Mahasiswa”

Cari jati-dirinya dengan darah-muda merahnya

Gelorakan tetes sudut-kelopak mata Bunda di rumah

Dan bunyi derik tulang iga penat samg ayah


Syukurku pada lazuardi tak meretas niatku
Sambut matahari timur dan barat yang jingga

Kepada Raja Di Raja Margasatwa

Sibak kebenaran versi Plato, Newton, Darwun pun juga Post-Modernis sekalipun

Yang penting, besok masih kita lihat pesona pohon kelengkeng


BUNDA

Sosok anggun nan teduh pancaran….

Bersatu denganmu 9 bulan, buatku terhormat, berhutang nyawa

Resah, gundah dan tangis bahagia layaknya telenovela berawan

Ku tak pernah meminta, tapi demi nafas-nafas baru engkau pertaruhkan jiwa-raga


22 Desember hanya simbol monumen dunia atas jasamu putri Hawa

Begitu terlambat dengan eksistensimu sejak legenda Qobil-Habil

Keperawanan, penindasan, pemerkosaan bahkan selubung nafsumu tak lepas dari tinta-bara

Itu semua tak menyurutkanku tuk persembahkan Suargaloka padamu, ya Ibunda Fadil


Seribu Ghazal-ghazal Puisi Cinta tak-kan mampu tebus nestapanya

Tuhanpun tropikan nirwana bagi Sang berbakti

Ode Ar-Rumi hanya lewati kiri sanubarinya


Ya Qowwiyu, Dzat termisterius Sarwa Andromeda, bagaimana hamba kecil ini bisa membalasnya nanti?

Oktober-Desember 2005

JANJI PUTRA ADAM

Tertimbun keluh kesah ku saat bait-bait ini tercipta penuh keheningan tunggu penyabda layangkan sumpah serapahnya

Apa yang dulu ku julangkan ke jagad moga bukan sebuah eksperimen nada-nada

Bagaimana harus menjawab kalam suci yang selalu terhampar luas bak padang pasir sedalam misteri 9 benua

Purnama Jawa-Dwipa masih bergelanyut indah di peraduan malam

Senandung puja-pujian masih segar di 10 Dzulhijjah

Lamat-lamat terlintas tatkala poster-poster dibentang di teras kekuasaan

Hujan kepagian buyarkan lamunan para pria berdasi seiring sorot nuraninya tembus janji-janji lapuk berdalih untuk anak negeri

Hutang memang harus dibayar lunas, hai manusia !

Ekspresi, sensasi atau mungkin akting 3 provokator opera sabun mandi


Gurat ukiran cantik memang yang mereka nanti, terlukis fenomenal basahi lorong kalbu para pengembara “Barokah ilmu dan keikhlasan”
Pun juga senandung Maha Guru terbitkan mutiara pena yang tak usang di makan zaman
Jangan kau coba benamkan jiwa-jiwa pemberontak itu dalam kubangan pincingan kasat mata dendam syaitan
Ketika mazhab cinta Alloh terkidung megah dengan ghazal-ghazalnya runtuhkan kebekuan kelopak sudut nuranimu
“Dengan ini kami proklamirkan bahwasannya Laskar Cinta mohon dengan sangat kearifan para penyabda bijak”?!!!

14 Januari 2006

SALSABILA

Anggun tanpa polesan pond’s ataupun luluran Sari ayu yang mahal bagi gadis pinggiran khususnya, Huh!!! demi sebuah kecantikan yang akan hilang. Aku masih ingat namanya, ya Salsabila, seksi dan cantik jiwanya, berkerudung terhijab indah bagai bidadari kutub cinta. Seperti biasa aku pergi ke kampus dengan sukses terlambat, terengah-engah berlari melipat selembar kertas plus pena dikantong baju. Namun sebelum ku masuk kelas, sekilas kulihat sejenak sekuntum busur surga tersaji didepanku, lha itu dia, benar, Salsabila, gadis ayu putri pengacara ternama di kotaku. Ini bukan isapan jempol saja, ataupun roman picisan di Comboran Malang. Aneh memang seperti alien Pluto yang hadir ditengah-tengah jerami berlian yang dibawa oleh penyabda risalah langit. Cerocos tidak sedap terucap terkadang tatkala kita lihat seorang muslimah yang tidak sungguh-sungguh menjaga mahkota tubuhnya, entah itu sudah berbusana tertutup + ketat yang menonjolkan lekak-lekuk tubuhnya disana-sini, ataupun kalau tidak ketat tapi transparan yang membuat mata setiap cowok jelalatan menikmatinya.

Entahlah yang ndablek itu siapa sih?, cewek yang ingin digoda atau cowok yang terlalu ngeres otaknya. Yang jelas zaman tidak salah pun juga bumi sudah kewut, ketidaksadaran dan ketidaktahuan kita sebagi generasi muda Islam Indonesia yang dituntut kembali pada ajaran ‘sederhana dalam sikap dan kaya dalam karya’ yang selalu berusaha untuk berpijak pada Al-Qur’an-Sunnah tentunya.

Tidak perlu saya jelentreh-kan mendetail ­mana surat dan hadis yang menjelaskan tentang batasan aurat pria-wanita. Pastinya agama, bangsa, organisasi, rumah tangga dsb, tidak akan berdiri kokoh manakala wanita yang manjadi elemen krusial didalamnya, tidak menghargai warisan Mahadewa Alloh SWT, yakni aurat. Kata kuncinya ialah totalitas dukungan dari keluarga, masyarakat, UU negara atau lebih ekstrim lagi intimidasi, itu misalnya saja.

Ga tau kalau dari sananya si cewek suka ngecer dan si cowok tergoda untuk menggoda, ada asap ada api, habis makan di usapi. Waallohu A’lam Bisshowab.

Djibril Ahmad

TINTA LANGIT

140606

17.30 WIB

No comments: