
MY SIDOWAYAH I
Seperti bulan diatas kuburan
Sepi…sepi…dan…sepi
Namun berjuta makna hai Sidowayahku!
Tak lagi ku dengar cericit bajing-bajing cantik di Dawe
Kicauan burung-burung langka di tepi sungai Manding
Kambing-kambing yang di hela riang pemuda dusun
Atau tangis kecil Jendral Wito yang dirindudendami Pak Gendut
My Sidowayah…
Terlalu banyak tinta yang nanti kau keluarkan jika semua kutuliskan tentangmu
Ku yakin dan pasti, Mbok katirah, Mbok Sikem akan mencarimu…mencariku
Saat kau lupa sarapan, sahur ataupun berbuka
My Sidowayah…
Tatkala kuinjakkan kaki pertamakali di bumimu…depan SDN 3 Krebet
Hatiku bergetar dan bertanya-tanya, betulkah dusun ini yang hilang dari peradaban, atau memang sengaja dihilangkan karena banyak yang ‘mendo’?
Bismillah…kulangkahkan tapak kanan kemudian kiriku untuk susuri jalan berliku dan berdebu itu
Kupandangi seksama kantor balai Desa Sidoharjo yang masih baru tapi lama itu, berdiri gagah disudut belokan
Tak selang berapa lama kemudian, lewatlah seorang pengendara motor, tak lain dan tak bukan…sang kepala dusun Sulyono yang tergesa-gesa entah kemana
Kaki ini terus berjalan sampai ditikungan yang dikanannya berdiri sebuah posyandu dengan papan nama yang bertuliskan Ny. Vivin
Kuberhenti sejenak untuk menikmati seteguk air Sidoharjo perdana sekedarnya, dari dia yang berkedalaman 27 meter, alhamdulillah…
Ngalam, 12 September 2008
11.00 WIB
MY SIDOWAYAH II
Dusun ini lahir dari legenda nyata pohon Sidowayah
Hijau daun-daunmu
Subur bumi pertiwimu
Membentang luas nan lebar dibawah lutut Sang Rajegwesi
Sidowayahku…
Mengapa engkau diam, jika engkau memiliki intan-intan budaya?
Mengapa engkau membisu tatkala kompangmu tertinggal di pojok rumah?
Mengapa engkau ragu saat reogmu yang sangar dapat dipentaskan?
Atau engkau memang pemalu karena penat naik-tutun Wono pun Baon
Sidowayahku…
Bangunlah! Senyampang hutanmu masih tegak berdiri, ijo royo-royo
Insyaalloh, tiwulmu kan bercampur susu-keju-madu yang tiada duanya di supermarket manapun engkau lihat
Sidowayahku…
Ojo cegeh, ngolah jiwamu, ragamu, pikirmu untuk Indonesia
Tekadkan niatmu bangun Sabilul Muttaqin, Ar-Ridho sebagai garda depanmu
Sidowayahku…
Air adalah emas murni yang engkau cari.., tapi jangan engkau babat hutanmu!!!
Demi otak kotormu jangan rusak mentalmu dengan tet-tettan yang menyesatkan…amin
Ngalam, 4 Oktober 2008
MY SIDOWAYAH III
Diatas empat roda besi kuning yang melaju ringan
Bergemuruh jantung kami, seakan-akan tak percaya segera menginjakkan kaki di bumi manusia Sidowayah kembali
Kuhujamkan dua penyangga tubuh ini tepat dipertigaan monumental itu
Ternyata tugu biru itu masih berdiri kokoh
Bukit-bukit itu telah menghijau tanpa tongkat ajaib
Sungai Dawe lebih deras dari dua bulan lalu
Semuanya menjadi klorofil-klorofil sejati
Kuabadikan 2 Laskar Sidowayah didepan simbol bersejarah itu
Senyum surgawi masih menempel pada jiwa putih mereka…hmmm
Jengkal demi jengkal ban mobil melintasi dimensi ruang setombak dari kami
Kunyalakan handycam ditangan yang tak mau berkompromi dengan lukisan waktu yang entah kapan bisa terulang kembali…
Alhamdulillah kamera menyala….dari pintu len…kuarahkan kebukit yang terbakar dari kejauhan…para petani yang mencangkuli baonnya untuk tanam jagung…pada sosok pemuda yang kukenal di sumber Dawe
Didepan Ar-Ridho puluhan mata malaikat kecil menatap kami penuh rindu dan dendam
Kasidah surga sepontan alunkan lagu ‘Seroja’
Tampak Sutris, Wito, Si lesung pipi kecil yang ku lupa namanya, Pak Jarno, berdiri dihadapanku
Tak mampu kuucapkan ledakkan kata-kata dihatiku selain ‘assalamualaikum’
Bersama mendung putih yang bergelanyut
Bersama air kecil yang beranak pinak
Bersamaan dengan munculnya pak Tukul, sang pejuang sederhana yang legam kulitnya namun putih jiwanya
Tak kunjung jua kumuntahkan montir huruf-huruf latin kerinduan padanya
Hanya daging jasad yang mampu mewakili ‘beronto’ kita
Akhirnya awanpun tak mampu membendung berondongan cinta air pada tanah yang kami pijak
Berlari-lari kami menuju Manding untuk sekedar berteduh, sekedar bertemu dengan wajah-wajah yang kami cintai…untuk bertemu dengan perempuan-perempuan itu…ya itu… mbok Sikem dan mbok Katirah
16 NOV 08
Maafkanku wahai sahabatku!
Ba’da Tarawih itu
Ba’da Megengan itu
Ba’da suara motormu
Ba’da penaklukan Rajegwesimu
Kau tinggalkan fananya fana
Masih tersimpan file-filemu di lemari jiwaku
Masih tertinggal buku Pramoedyamu
Masih terlukis raut gilamu
Masih terpotong teka-teki tet-tettanmu
Masih kangen pohon kluwih itu
Hebat! kau sembunyikan syariatmu untuk akhiratmu
Kurindukan jamaah satu menitmu
Kurindukan argument filsafatmu
Kurindukan wudhu’ jama’mu
Kenapa kau buatku malu atas ibadah pamrihku?
Kenapa kau buatku makar pada guyonan santrimu?
Kenapa kau hanya diam saat dipembaringan itu?
Tubuhmu telah terbujur kaku tatkala dzikir dihembuskan
Rohmu entah kemana ketika ambulan dijalankan
Dari Ponorogo-Kalibaru berpuluh-puluh kali namamu disebutkan
Namun kau hanya bisa menutup mata, mensendekapkan astamu, menselonjorkan capahmu, diam semilyar bahasa, tak manusiakan kami
Tolong bahasakan wasiatmu….Raden Achmad Maulana Isbat Nurrudin Bakir!
Jangan biarkan kami berjumpa Culdesac!
Jejak tertinggal Sidowayah-Ponorogo, dia yang telah mendahului kami 2 Oktober 08 dari 17 November 2008
J. Abdillah
BESET [BENDERA ½ TIANG]
Ya benar, 61 tahun lalu bulan November
Tanggal 10 di Surabaya
Merah-putih bercerita pada jiwanya
Langkah-langkah tegap merapat satukan tekad
Gempitakan Allohu akbar…3x Merdeka! Komando bung Tomo
Ganyang Malaby, bajingan kompeni dari bumi pertiwi
Bersama arek-arek Suroboyo, Laskar Hizbulloh-Sabilillah menjadi saksi
Barakan semangat gejolakan gumpalan darah sampai ke ubun-ubun muncrat memecah otak,
lalu mereka berteriak:”ayo maju rek, tank iku lho goder”
Lalu…
“kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku Wahai jiwa-jiwa yang tenang”!
13 November 2006
[08.30 WIB, my class]
Djibril Ahmad
Tadarus…?
Halaman demi halaman surat ini kubuka
Kurobek, kumakan, kuminum maknanya
namun tetap saja bertabur juta artinya
Kembali ku bolak-balik mushaf suci ini, tapi apa yang kemudian terjadi?
Dentuman dahsyat peringatkanku
Agar lebih tawadhu singkap tabir dibaliknya
Adalah suatu kebodohan, kesia-siaan, dan kerugian besar
jika makhluk yang bernama manusia dustakannya
sajak yang terindah, puisi paling bagus
bahkan ritme mozaik terharmonis yang pernah ada
Difirmankan oleh ada yang tak berawal dan tak berakhir
Diwahyukan pada makhluk sempurna tanpa tanding
telah dipersembahkan pada segala yang bernafas dan bertasbih 14 abad yang silam
Untuk hari ini, dulu dan nanti…
Pusaka teragung titipan lazuardi pada bumi
Terdepan…tak lapuk dimakan zaman
Underground GB1 [18 Romadhon 1417 H]
07.15 WIB
JUVE Will Come Back!
La Vechia Signora I do love you
With The Black-white I Bianconerri never lose
Eventhough Calciopoli kill you in the Hell
Your spirit always stay in my life
Forza Juventini, Adios Marcelo Lippi!
Thanks all of you….
(Bettega, Platini, Baggio, Del Piero, Nedved, Trezeguet, Camoranesi, Pessoto and …because of U)
LA VIOLA
Memang tajam pisau masa penggal usia hamba dari mata-Nya
Zaman akan punah, Mojang! Qosmos semakin tua saja sabda manuskrip-manuskrip ungu
Kebajikan bagai berlian yang terbuat dari jantung Surga
Tak pernah tergapai hanyalah impian para darwis timur dan barat
Indahnya rembulan seperti relief pemalu tanpa tersentuh
Dan hanya satu pelangi mozart itu, hari itu:” ungu yang terungu bukan biru”
Mekar dengan seluas sayapnya yang tengadahkan gerimis do’a haru-rindu
05 Nov 06 [bangsal 509]
Porong, The Lost City 06
Diri menunggu Surya keemasan di bunga lumpur
Mata itu berkaca-kaca pandangi tanah airnya bersimbah peluh bumi dikubur masehi
Bagai neraka di penghujng timur pulau Jawa
Deras kesediahan naungi wajah-wajah tak berdosa
Seperti awan mendung tak berbentuk
Istana yang kita bangun bagai sebuah legenda kota yang hilang
Himpun berjuta canda-tawa dan cerita aneh kematian
Terusir tak terhormat di bumu sendiri
Tersapu begitu saja atas izin-Nya
Melalui asta-asata kotor yang rakus
Tanpa rasa malu jual mesin kekuasaannya,
Cuci tangan lempar batu sembunyi tangan
Seiring cakrawala yang bertahtakan cahaya surga
Kami pasti bangkit dari kubangan ini dengan setegar-tegarnya
Tanpa harus tunggu uluran tangan-tangan mesra malaikat pembawa berita gembira
01 Januari 2007 [Dinihari]
Sebentuk Cinta Ramadhan
Untuk bundaku…
Tebarkanlah Cintamu padaku selamanya
Untuk kakakku…
Tersenyumlah dengan senyum paling indah yang kau punya
Untuk bibiku…
Persembahkanlah nuansa rindu pada kami sekali saja
Untruk semua saudara/I ku
Kado spesial ramadhan adalah keluarga ini…ya…keluarga ini
Betapa rindunya kami pada-Mu ya Ramadhan
Terlukis nyata dijiwa sahur-buka bersama
Dibalik jeruji dunia bukan neraka
Demi sebuah penyucian jiwa bukan azab selamanya
Bayangkanlah metafora roda, berputar memang ada waktunya
Andaikata Cinta dapat diperjualbelikan,
kan ku berikan tanpa syarat dari Tuhan
in memorium at LAPAS WANITA KELAS 2 MALANG
[ba’da Dzuhur]
Gerbang itu…
Gerbang kematian tegak lurus dihadapanku memanggil-manggil tanpa henti
Bulan diatas kuburan sepi
Sepi menerobos batas imaji
Jangan kau amat yakin sangat amal baikmu yang jadikan kau berdansa diSurga,
atau
kebejatanmu tiket mulus berkunjung ke Neraka
Alhasil tulisan sakti itu ada sebelum inti kosmos tercipta
Kembalilah padaNya sebelum gerbang-gerbang indah itu terkunci
At March 06…Djember
Natura Artis Magistra
Dan dia tidak pernah malu atas bencana di jagad ini
Membakar, menebang, meracuni para sarwa yang begitu cantik tanpa jelas maksudnya
Air sepertinya enggan kembali bersahabat dengan manusia
Udara bagai racun mesra untuk sang khalifah rupanya
Tanah begitu rapuh untuk dipijak kembali
Ombak selalu hempaskan bahtera-bahtera itu
Dan gunung-gunung muntahkan laharnya
tanpa pernah menyesal lagi
Bukit-bukitpun lelah sangga tubuh para kafir pembalak liar
Akhirnya pagebluk, musibah, hukuman, peringatan, cobaan engkau panggil maksudmu…!!!
Bait-bait puitis tak akan pantas ceritakan hal ini semestinya
Bumi adalah mata batin semesta, telinga kecil Pencipta, mulut segala makhluk, penciuman, tangan dan kaki tersembunyi Langit, yang tak pantas kau sakiti
Mana cintamu wahai insan?
Tapi sepertinya kisah ini akan sangat puanjang akhirnya atau mungkin tak ada kata akhir, selain KIAMAT sesungguhnya
Karena alam adalah guru seni terbaik
Dj. ahmad _Maret-April 07_
PEREMPUANKU
Sebenarnya hari ini aku sangat lelah
Lelah, dalam arti yang sebenar-benarnya
Merintih pada alam, dia tetap diam
Berlari pada malaikat, mereka sibuk mencatat
Tapi kuyakin pada kelopak mata air bumi yang lahir hari ini
Diakan mampu terbang dengan sayap-sayap emasnya
Lukis nyata mimpi-mimpinya
Pada kanvas-kanvas langit
Pada kisah-kisah Lauhul mahfud
Angsa putih yang sentuh keibuan pi2t kecil
Kolibri mungil dengan karya besar
Karena kau bukan lilin yang meleleh
Terbakar tanpa bekas berarti
Terombang-ambing pada simbol kehidupan
Terangi masa sekejap mata
Jadilah rembulan diufuk Cinta, Mahadewi!
Untuk Perempuanku….
Coban Rondo, 15 September 2006 [23.30 WIB]
by dJAh
JIWA
Memang! jiwa lahir tanpa wajah
Cermin manusia yang tak terbantahkan
Si misterius yang pandai bersilat lidah
Akting anyir- busuk sering kau mainkan
Noktah tabularasa tiap detik kau bubuhkan
Takkan terhapus tanpa penyesalan
Ya, peran itu memang pilihanmu
Bagi mereka-mereka yang tergerak jiwanya
PROKLAMASI
Soleram, titikan bening tangis kebahagiaan, aoha yahe
Pare, 17an-2006
MANUSIA BIRU
Kepada manusia-manusia biru yang ngangkang diatas gubuk2 dunia
Cengengesan, cengar-cengir, lupa pada periode pembalasan
Sudahlah! memang itu pilihannya
Pulosari[Pare], 21 Agustus 2006
Prasasti Hati
Merona merah bibirmu, hai professor!
Ku tak tahu, apa yang kau ocehkan?
Namun ku yakin akan sumpahmu dulu…
Ribuan nafas dihela menanti sebuah jawaban
Makna kepastian llmu dan dunia kamuflasemu
Sebuah pengharapan dari manusia yang bernama “Mahasiswa”
Cari jati-dirinya dengan darah-muda merahnya
Gelorakan tetes sudut-kelopak mata Bunda di rumah
Dan bunyi derik tulang iga penat samg ayah
Syukurku pada lazuardi tak meretas niatku
Sambut matahari timur dan barat yang jingga
Kepada Raja Di Raja Margasatwa
Sibak kebenaran versi Plato, Newton, Darwun pun juga Post-Modernis sekalipun
Yang penting, besok masih kita lihat pesona pohon kelengkeng
BUNDA
Sosok anggun nan teduh pancaran….
Bersatu denganmu 9 bulan, buatku terhormat, berhutang nyawa
Resah, gundah dan tangis bahagia layaknya telenovela berawan
Ku tak pernah meminta, tapi demi nafas-nafas baru engkau pertaruhkan jiwa-raga
22 Desember hanya simbol monumen dunia atas jasamu putri Hawa
Begitu terlambat dengan eksistensimu sejak legenda Qobil-Habil
Keperawanan, penindasan, pemerkosaan bahkan selubung nafsumu tak lepas dari tinta-bara
Itu semua tak menyurutkanku tuk persembahkan Suargaloka padamu, ya Ibunda Fadil
Seribu Ghazal-ghazal Puisi Cinta tak-kan mampu tebus nestapanya
Tuhanpun tropikan nirwana bagi Sang berbakti
Ode Ar-Rumi hanya lewati kiri sanubarinya
Ya Qowwiyu, Dzat termisterius Sarwa Andromeda, bagaimana hamba kecil ini bisa membalasnya nanti?
Oktober-Desember 2005
JANJI PUTRA ADAM
Tertimbun keluh kesah ku saat bait-bait ini tercipta penuh keheningan tunggu penyabda layangkan sumpah serapahnya
Apa yang dulu ku julangkan ke jagad moga bukan sebuah eksperimen nada-nada
Bagaimana harus menjawab kalam suci yang selalu terhampar luas bak padang pasir sedalam misteri 9 benua
Purnama Jawa-Dwipa masih bergelanyut indah di peraduan malam
Senandung puja-pujian masih segar di 10 Dzulhijjah
Lamat-lamat terlintas tatkala poster-poster dibentang di teras kekuasaan
Hujan kepagian buyarkan lamunan para pria berdasi seiring sorot nuraninya tembus janji-janji lapuk berdalih untuk anak negeri
Hutang memang harus dibayar lunas, hai manusia !
Ekspresi, sensasi atau mungkin akting 3 provokator opera sabun mandi
Gurat ukiran cantik memang yang mereka nanti, terlukis fenomenal basahi lorong kalbu para pengembara “Barokah ilmu dan keikhlasan”
Pun juga senandung Maha Guru terbitkan mutiara pena yang tak usang di makan zaman
Jangan kau coba benamkan jiwa-jiwa pemberontak itu dalam kubangan pincingan kasat mata dendam syaitan
Ketika mazhab cinta Alloh terkidung megah dengan ghazal-ghazalnya runtuhkan kebekuan kelopak sudut nuranimu
“Dengan ini kami proklamirkan bahwasannya Laskar Cinta mohon dengan sangat kearifan para penyabda bijak”?!!!
14 Januari 2006
SALSABILA
Anggun tanpa polesan pond’s ataupun luluran Sari ayu yang mahal bagi gadis pinggiran khususnya, Huh!!! demi sebuah kecantikan yang akan hilang. Aku masih ingat namanya, ya Salsabila, seksi dan cantik jiwanya, berkerudung terhijab indah bagai bidadari kutub cinta. Seperti biasa aku pergi ke kampus dengan sukses terlambat, terengah-engah berlari melipat selembar kertas plus pena dikantong baju. Namun sebelum ku masuk kelas, sekilas kulihat sejenak sekuntum busur surga tersaji didepanku, lha itu dia, benar, Salsabila, gadis ayu putri pengacara ternama di kotaku. Ini bukan isapan jempol saja, ataupun roman picisan di Comboran Malang. Aneh memang seperti alien Pluto yang hadir ditengah-tengah jerami berlian yang dibawa oleh penyabda risalah langit. Cerocos tidak sedap terucap terkadang tatkala kita lihat seorang muslimah yang tidak sungguh-sungguh menjaga mahkota tubuhnya, entah itu sudah berbusana tertutup + ketat yang menonjolkan lekak-lekuk tubuhnya disana-sini, ataupun kalau tidak ketat tapi transparan yang membuat mata setiap cowok jelalatan menikmatinya.
Entahlah yang ndablek itu siapa sih?, cewek yang ingin digoda atau cowok yang terlalu ngeres otaknya. Yang jelas zaman tidak salah pun juga bumi sudah kewut, ketidaksadaran dan ketidaktahuan kita sebagi generasi muda Islam Indonesia yang dituntut kembali pada ajaran ‘sederhana dalam sikap dan kaya dalam karya’ yang selalu berusaha untuk berpijak pada Al-Qur’an-Sunnah tentunya.
Tidak perlu saya jelentreh-kan mendetail mana surat dan hadis yang menjelaskan tentang batasan aurat pria-wanita. Pastinya agama, bangsa, organisasi, rumah tangga dsb, tidak akan berdiri kokoh manakala wanita yang manjadi elemen krusial didalamnya, tidak menghargai warisan Mahadewa Alloh SWT, yakni aurat. Kata kuncinya ialah totalitas dukungan dari keluarga, masyarakat, UU negara atau lebih ekstrim lagi intimidasi, itu misalnya saja.
Ga tau kalau dari sananya si cewek suka ngecer dan si cowok tergoda untuk menggoda, ada asap ada api, habis makan di usapi. Waallohu A’lam Bisshowab.
Entahlah yang ndablek itu siapa sih?, cewek yang ingin digoda atau cowok yang terlalu ngeres otaknya. Yang jelas zaman tidak salah pun juga bumi sudah kewut, ketidaksadaran dan ketidaktahuan kita sebagi generasi muda Islam Indonesia yang dituntut kembali pada ajaran ‘sederhana dalam sikap dan kaya dalam karya’ yang selalu berusaha untuk berpijak pada Al-Qur’an-Sunnah tentunya.
Tidak perlu saya jelentreh-kan mendetail mana surat dan hadis yang menjelaskan tentang batasan aurat pria-wanita. Pastinya agama, bangsa, organisasi, rumah tangga dsb, tidak akan berdiri kokoh manakala wanita yang manjadi elemen krusial didalamnya, tidak menghargai warisan Mahadewa Alloh SWT, yakni aurat. Kata kuncinya ialah totalitas dukungan dari keluarga, masyarakat, UU negara atau lebih ekstrim lagi intimidasi, itu misalnya saja.
Ga tau kalau dari sananya si cewek suka ngecer dan si cowok tergoda untuk menggoda, ada asap ada api, habis makan di usapi. Waallohu A’lam Bisshowab.
Djibril Ahmad
TINTA LANGIT
140606
17.30 WIB
No comments:
Post a Comment