www.wikipedia.com

Tuesday, February 3, 2009

Memilih Calon Istri

Oleh Umar Rojana


Maaf beribu maaf kalo tulisan ini diluar jalur sastra yang seharusnya. Alasan pertama kenapa tulisan nista ini bisa terpampang disini karena “paksaan” si Juned, katanya Ayo! segera berpartisipasi dengan nulis disini, jadi ya “terpaksa” saya nulis, dan yang ingin saya tulis saat ini ya ini ini!

Yang kedua, gak bermaksud membuka luka lama, dari dulu dan pada awalnya saya ingin komunitas ini bukan sekedar komunitas sastra, tapi Komunitas Baca Tulis (dan itulah kalimat yang tercantum dalam”Piagam Tarbiyah”) Jadi gak ada salahnya dong kalo saya nulis apa aja, yang penting tulisan! Titik!

Akhir-akhir ini saya suka inget Zizi, Azizah Hefni, penulis idola saya. Mungkin temen-temen disini ada yang kenal? Baik saat sendiri di WC, setiap mau tidur, bangun tidur, maupun rame-rame waktu ujian, shalat maghrib, dll. Tapi tulisan ini gak ada hubungannya sama dia.

Bektudepoin, tulisan ini judulnya Memilih Calon Istri. Sebagai lelaki yang punya naluri, menururt saya gak salah kalo saya gak bisa berhenti/cukup mencintai satu cewek. Jujur, itu naluri lelaki, semua lelaki, dan kebetulan saya adalah lelaki. Tapi seiring berjalannya waktu dan usia, akhir-akhir ini saya juga merasa semakin dewasa dan bijaksana. Hidup dengan banyak perempuan bukanlah hal yang baik dan bermanfaat. Saya kadang sudah berfikir mencari sosok perempuan yang ideal, satu saja, untuk menjalin hubungan yang serius, satu kehidupan di bawah ridha Allah. Kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Iya gak Bibah? dan beberapa hari ini saya lagi dilemma tentang masalah tersebut.

Dari sekian banyak cewek, gadis, tante yang saya kenal dan ingin saya pilih untuk menjadi calon Istri saya, bagi saya bisa dibagi menjadi 2 spesies. Pertama, cewek yang belum begitu saya kenal, (mungkin) gak punya potensi untuk dukung masa depan saya, tapi saya sudah suka sama dia. Dan yang kedua, cewek yang sudah saya kenal, memiliki kelebihan dan potensi yang saya idamkan, tapi saya tidak memiliki perasaan apa-apa padanya

Untuk memperjelas masalah ini saya ingin mengambil masing-masing satu dari 2 spesies itu. Katakan Luna Maya (bukan nama sebenernya) mewakili gadis pertama. Luna maya adalah adik kelas saya, anaknya cantik, pinter, supel, aktif, suka nulis, musyrifah lagi, wajar kan kalo aku bener-bener suka sama dia. Hanya saja dari beberapa temennya yang saya interogasi bilang dia tidak/kurang/belum dewasa dalam menghadapi hidu, Ini yang mbingungin. Sayangnya sama gadis ini saya juga sudah benar-benar memiliki “perasaan.”, perasaan yang lahir saat pertama ngelihat dia, sebelum aku memintanya.

Dan yang kedua, Revalina S Temat (nama samaran juga) yang mewakili gadis kedua. Reval adalah temen satu kelas saya sendiri. Saya sudah merasa mengenal dia karena kita temen deket, dia suka curhat kesaya, walaupun saya gak pernah curhat sama dia. Dia tidak cantik, tapi juga gak jelek. Tidak putih, supel iya, pinter lumayan, dan suka nyambung kalo ngobrol (sama si Luna saya jarang ngobrol,) kita memiliki banyak kesamaan, saya merasa dia bisa mendukung harapan-harapan saya, rencana-rencana jangka panjang saya, dan sebagainya, tapi sayangnya saya tidak/belum memiliki perasaan apa-apa padanya.

Inilah yang menjadi dilemma bagi saya, sebaiknya yang manakah yang saya tembak (atau dalam bahasa halus Khitbah?) Walaupun saya sebenernya sadar sepertinya saya suka Luna Maya pertama kali karena pada apa yang saya lihat secara Fisik (tapi gak salah kan?) Sedangkan kalo sama Revalina S Temat adalah apa yang dia miliki yang tidak bisa langsung saya lihat. (sifat, karakter, kepribadian)

Kekhawatiran yang menggelayut dalam diri saya adalah, jika saya memilih Luna, mungkinkah saya akan mendapatkan segala yang ada dan ditawarkan sama Reval? Saya takut menyesal dikemudian hari. Tapi jika saya memilih Reval, bisakah saya mencintai dia (seperti saya mencintai Luna) dukemudian hari? Saya juga takut menyesal dikemudian hari.

Saya khawatir kondisi (perasaan) begini berlangsung sampai menjelang waktunya (target saya 27-28 setelah keliling Eropa, atau kalau udah mepet mungkin 26 atau bahkan 25 aja, yang berarti 2 tahun lagi.) Jika situasi seperti ini yang saya hadapi, menurut temen-temen, bagaimana memikirkannya? Walaupun sebenernya dalam do’a sama Allah, saya seringkali tidak sungkan-sungkan meminta,


“Ya Allah….

Karuniakanlah kepada saya Istri yang solihah, taat, selalu mendukung sekaligus cantik, seksi dan menggairahkan setiap saya memandangnya

Amin…..”


Bibah, boleh kan berdo’a begitu?

No comments: