www.wikipedia.com

Sunday, May 10, 2009



MenCintai BUMI


Armageddon alias kiamat besar jagad raya akibat ulah manusia tak mungkin bisa dihindari lagi jika otak, sikap dan perilaku kita masih dipenuhi sampah-sampah busuh-busuk yang biasa kita buang sembarangan dalam arti konotasi (amarah, iri, dengki dst) maupun denotasi (puntung rokok, limbah rumah tangga, plasti, kertas dst). Kongkrit kecilnya adalah seperti yang dilakukan oleh teman-teman UKM Mapala Tursina UIN Maulana Malik Ibrahim yang berbekal semangat Hari Bumi (D’Green Day/22 April) mengajak dan menghimbau seluruh civitas akedemikanya untuk meluangkan waktu sejenak menanggalkan egonya agar satu hari ini tanpa asap rokok, satu hari ini tanpa knalpot, dan satu hari ini tanpa klakson sejak pukul 08.00 hingga 17.00 WIB, sesuai yang tertuang dalam nomor surat kegiatannya (Un.3/PP.01.1/678/2009) demi hari yang cerah dan hening.


Meski terkesan mendadak dan tanpa ada rambu-rambu yang tertulis jelas di area universitas, setidaknya kegiatan ini bukanlah awal sekaligus akhir guna meraih simpati maupun empati dari pihak siapapun dan manapun juga untuk terus menyuarakan dan membuat terobosan nyata untuk menyelamatkan bumi yang semakin renta ini. Menurut salah satu koordinator lapangan (saudara Isnan), ide acara ini datang begitu saja (mendadak), kemudian karena dianggap positif maka segera ditindaklanjuti dengan koordinasi dan langkah gerak cepat. Dan lusa hari sabtu dan ahad akan dilaksanakan bersih-bersih sungai, selokan kampus dan dilanjutkan hari selanjutnya dengan penghijauan-penanaman pohon.


Sedikit bernostalgia saja, jika anda pengguna setia jalan Bandung, Veteran, Bendungan Sutami, Gajayana, hingga MT. Haryono setiap hari tentunya sangat kangen dengan udara kota Malang yang dingin, sejuk dan segar 24 jam sehari semalam. Namun hari ini situasi dan kondisi itu seperti sebuah mimpi, sebab kurang lebih 17 jam (06.00-23.00) jalanan tersebut dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan dari sepeda pancal yang selalu dan pasti termarjinalkan, angkutan kota, sepeda motor, truk segala jenis, bus pariwisata, terkadang becak hingga pejalan kaki tumplek blek di jalan yang sempit (kurang lebih 8-10 meter lebarnya) ini. Faktor keselamatan khususnya menjadi perhatian serius untuk para pejalan kaki dan pengguna sepeda angin, selain tiadanya trotoar yang memadai kecuali di jalan Veteran dan Bandung, ditambah kurangnya kesadaran para pengguna jalan untuk tertib dan tidak saling memacu kendaraan dengan kondisi jalan lurus terkadang menikung, menanjak, sempit, macet, dan penuh serta dihiasi dengan lubang disana-sini, tanpa perbaikan berarti, khususnya jalan Gajayana. Belum lagi polusi udara dan suara mendominasi, menjadi momok utama antar pengguna jalan, baik yang iseng dengan klakson anginnya maupun mereka yang tak mau mengalah satu sama lain saling kejar-kejaran. Tentunya harapan Kota Malang Ijo Royo-royo tidak cukup diwujudkan layaknya Malang Tempoe Doeloe di jalan Ijen saja, harus ada kesinambungan seluruh elemen masyarakat dan kesadaran nyata yang tinggi untuk mengantisipasi pemanasan global dan isu-isu lingkungan lainnya.


Waba’du firman Alloh SWT dan Hadis Nabi SAW yang berbunyi “Telah nampak kerusakan di darat dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh SWT merasakan kepada mereka, sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (jalan yang benar).”[QS. Ar-Ruum: 41]. “…dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Alloh SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”[Al-Qashash: 77]. “Tiga hal yang menyeruak pandang, yaitu: menyaksikan pandangan pada yang hijau (asri), pada air yang mengalir jernih, dan wajah rupawan.”[HR. Ahmad], dengan makna seluas-luasnya bukan sekedar dalil maupun argumentasi belaka, tetapi kemudian bagaimana selanjutnya bisa benar-benar kita wujudkan untuk sekarang dan nanti. Guna menyelamatkan bumi kita satu-satunya ini, agar selalu kita rawat dan cintai sesuai fitrah kita sebagai khalifah bumi ini untuk diwariskan pada anak cucu Adam-Hawa selanjutnya.


Djibril Ahmad

No comments: